Wednesday, September 9, 2015

Mencintai Itu Harus Belajar Dari Pantat Kambing Kotorannya Memiliki Bulatan Simetris Yang Konsisten

Seorang pedagang???? hewan qurban berkisah tentang pengalamannya:

Seorang kakek tua datang memperhatikan dagangan saya. Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan mampu membeli. Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan kepadanya, “Silahkan kek…”, lantas kakek tua itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya, 

”kalau yg itu brp nak?”.

“Yang itu 2,5 jt kek,” jawab saya. “Harga pasnya berapa nak?”, tanya kembali si kakek. “2 jt 400 deh, harga segitu untung saya tipis, tapi biarlah…… . “
Tapi, uang saya hanya 2 jt 250 rb, boleh nak?”, pintanya. Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya kek, akhirnya saya berembug dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dgn harga itu kepada kakek tua tersebut.

Sayapun mengantar hewan qurban tersebut sampai ke rumahnya, begitu tiba dirumahnya, “Astaghfirullah……, Allahu Akbar…, terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah kakek itu.

Rupanya kakek itu hanya tinggal bertiga, dengan istrinya yg tua renta dan mungkin cucunya dirumah gubug berlantai tanah tersebut. Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.

Diatas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus. “Nek…..bangun Nek, nih lihat saya bawa apa ?”, kata kakek itu pada nenek yg sedang rebahan sampai akhirnya terbangun. "Nek, saya sudah belikan nenek kambing buat qurban, nanti sy antar ke Masjid lho nek….”, kata kakek itu dengan penuh kegembiraan.

Si nenek sangat terkaget meski nampak bahagia, sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap, “Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga ya kek kalau qt mau berqurban”.

“Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanya penjual sapu lidi jalanan, saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurban atas nama istri  saya….”, kata kakek itu.

Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa , “Ya Allah…, Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa”.

“Pak, ini ongkos kendaraannya…”, panggil kakek itu, ”sudah kek, biar ongkos kendaraanya saya yang bayar", kata saya.

Saya cepat pergi sebelum kakek itu tahu kalau mata ini sudah basah ??karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang yang dicintainya..

Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan, kita bisa belajar keikhlasan dari kakek itu untuk menggapai kemuliaan hidup. Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada kengganan untuk berkurban, padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban. Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak mampu atau tidak dianggarkan.



Berawan Com mencintai itu harus belajar dari pantat kambing kotorannya memiliki bulatan simetris yang konsisten




0 komentar:

Post a Comment