Ketika aku berhijab....
Tak hanya itu, aku pun menutup mata bila melihat buku-buku mengenai kewajiban berhijab bagi wanita muslim, “Lebih baik enggak pernah baca buku ini deh, setidaknya enggak dosa karena kita enggak tahu,” ujarku sendiri. Ternyata aku salah, mungkin semua orang bisa aku bodohi dengan argumen-argumenku yang cerdas, namun aku tak bisa membodohi hati ini.
Pengetahuan agamaku memang tidak begitu banyak, namun sebagai seorang yang terpelajar, aku tahu apa yang boleh dan dilarang oleh agamaku. Berhijab/ berjilbab adalah salah satu kewajiban wanita muslim yang aku sadari, tapi sungguh bukan hal yang mudah untuk memutuskan kapan aku harus memulai mengenakannya.
Pergolakan batin dan ketakutan akan pendapat orang-orang sekitar, seringkali membuatku mengurungkan niat mulia itu. Berbagai alasan kupakai untuk membenarkan keputusanku untuk tetap tidak menggunakan hijab, dan itu berlangsung cukup lama. Meski aku menghindari untuk membaca ayat ataupun buku yang mengharuskan setiap wanita muslim berhijab, namun ternyata Allah memiliki caranya sendiri dalam “menyentuh” kalbuku. Tak perlu lewat mimpi ataupun menunggu sebuah peristiwa istimewa untuk mendatangkan hidayah Allah, karena apa yang sudah diwajibkan Allah tak bisa ditawar-tawar lagi, dan hanya ada dua pilihan saja bagi kita, dan itu bukanlah mau atau tidak, siap atau tidak, tapi apakah kita PATUH atau tidak?.
‘Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya. Maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata [Qs.Al-Ahzab: 36]
Sebagai seorang muslim, aku juga ingin tampil cantik dengan memperlihatkan rambutku dan memakai pakaian yang menurutku bisa membuat mata kaum adam terpesona. Karena itulah, setiap orang bertanya mengenai kapan aku berhijab, aku selalu mengatakan “mohon doanya yaa, semoga cepat mendapat hidayah Allah,” namun aku malu sekali mendengar kalimat itu, karena hanya mencerminkan kebodohanku sebagai manusia yang tidak menggunakan anugerah yang diberikan Allah dengan baik. Bagaimana kita mengharapkan orang lain mendoakan kita? Sementara kita sendiri tak ada usaha menuju ke arah sana. Atau “Aku belum siap!,” lalu kapan kita akan merasa siap? 2 tahun, 5 tahun atau 10 tahun lagi? Apakah kita yakin bahwa dalam waktu tersebut, Allah masih memberikan kita hidup? Atau malah hanya tertinggal penyesalan seumur hidup? Sebagai orang yang rasional, aku berupaya mencari jawaban sendiri atas apa sebenarnya yang aku khawatirkan mengenai Hijab? Kenapa aku harus memakainya, bukankah kecintaan pada Allah sudah cukup diwujudkan dengan shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya? Mengapa harus berhijab segala sih? Itulah pertanyaan-pertanyaanku. Kok banyak? Ya, karena aku ingin berhijab karena kesadaranku sendiri, bukan karena desakan orang lain, apalagi hanya karena ingin menyenangkan seseorang saja.
Akupun mulai mencoba menjawab beberapa pernyataan-pernyataan yang selama ini selalu aku gunakan sebagai pembenaran. Tentu saja tanpa ingin menyinggung pihak manapun apalagi menyindir, hanya saja aku yakin bahwa salah satu pernyataan yang akan kusebutkan ini, juga merupakan pernyataan yang sering digunakan oleh kebanyakan wanita sebagai ‘alasan’ untuk membenarkan tindakannya.
Mohon maaf kalau ada yang tersinggung dengan adanya tulisan ini, hanya saja sebagai muslim kita wajib saling mengingatkan dalam kebaikan. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat, dan insyaAllah dapat memperkuat keimanan kita untuk menjalankan segala aturan Allah SWT.
1. “Bukankah lebih baik men’jilbab’kan hati dulu sebelum menutup aurat kita?”.
Faktanya: Wanita yang berhijab belum tentu sudah ‘sempurna’ atau memiliki hati tanpa noda. Manusia adalah tempatnya salah dan dosa, karena itu meskipun berjilbab kita pasti akan selalu melakukan kesalahan-kesalahan dalam hidup ini, karena tak ada manusia yang sempurna. Jadi, alasan lebih baik memperbaiki hati dulu atau memperbaiki perilaku, itu semua hanya alasan mengada-ada ataupun mustahil. Dengan berjilbab justru akan menghindarkan kita dari orang-orang yang ingin mengajak pada maksiat.
Memang tak dapat dipungkiri, ada beberapa wanita yang ‘memanfaatkan’ jilbab untuk hal-hal negatif, ataupun memakai jilbab tapi tetap melakukan maksiat sehingga membuat citra jilbab menjadi ternoda. Namun, itu adalah kesalahan individu, bukan aturan Allah yang telah memerintahkan kita semua untuk bertakwa dan melakukan segala yang diperintahkan-Nya.
‘Hai anak Adam, Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian takwa itulah yang paling baik.’ [Qs. al-A'raaf 26]
Pakaian dan perhiasan itu adalah dua aspek kemajuan dan peradaban. Meninggalkan keduanya berarti kembali kepada kehidupan primitif yang mendekati kepada kehidupan hewani. Sedangkan sebagai seorang wanita, harta yang paling panting dan wajib kita jaga adalah kemuliaan, rasa malu, dan kehormatan diri. Istiqomah atau tidaknya seseorang dalam hijrah ke jalan Allah dengan memakai hijab, itu tergantung pada niat awalnya. Apakah untuk kepentingan dunia (ingin dinilai baik oleh lingkungan, ingin menarik hati pria dll) atau murni karena ingin mendapatkan Ridho Allah SWT. Semuanya itu bisa dilihat dengan jelas dari perilakunya sehari-hari.
2. “Aku belum siap untuk berjibab”.
Kekhawatiran akan ditinggalkan teman, dianggap enggak ‘gaul’, ataupun takut lawan jenis tak tertarik lagi jika kita menutup aurat, sering kali membuat kaum hawa mengatakan bahwa ia tidak siap. Karena mereka tahu, jika berjilbab maka mereka tak mungkin lagi memperlihatkan betapa indahnya rambut mereka atau betapa mulusnya kaki dan kulit mereka.
Faktanya: Tak perlu takut ketinggalan mode, karena saat ini sudah banyak sekali baju-baju muslim yang trendi dan modis. Dengan berjilbab, seorang wanita bukan hanya akan terhindar dari perbuatan maksiat, tapi juga bisa melindungi dirinya sendiri. Ada sedikit cerita mengenai seorang teman yang cantik dan sejak dulu memiliki banyak penggemar pria. Suatu hari, dia memutuskan untuk berjilbab dan menurutku dia menjadi terlihat jauh lebih cantik memakainya. Namun sayang, sejak ia berjilbab banyak pria yang tadinya begitu mengejar-ngejarnya kemudian mundur teratur karena menganggap ia sudah berada di ‘level’ yang berbeda. Berkurangnya para penggemar pria, rupanya cukup mempengaruhi temanku itu, dan akhirnya kembali membuka hijab nya tersebut dan mulai memamerkan rambut indahnya dan memasang foto-foto yang memperlihatkan keindahan tubuhnya. Sungguh sangat disayangkan, karena dia baru saja melepas rahmat Allah yang ditaruh dalam genggamannya. Teman, kenikmatan dunia ini hanya sesaat dan enggau telah menukarnya dengan jaminan kebahagiaan yang kekal di akherat kelak.
‘Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ [Qs. al-Ahzab : 59]
Ayat tersebut menunjukkan kewajiban kita kaum wanita muslim untuk berhijab, sekaligus menjelaskan bahwa pria dalam hal ini adalah ayah atau suami kita, wajib menutup aurat semua kaum wanita dalam keluarganya. Ini jugalah yang menjadikan salah satu alasanku untuk berhijab, yaitu “karena aku ingin menyelamatkan ayahku dari api neraka”. Sebagai seorang anak, aku tak mau di akherat nanti ayahku diminta pertanggungjawabannya, karena keegoisan ku yang hanya mementingkan duniawi. Aku tak ingin ada penyesalan suatu hari nanti, karena itu selagi ada umur, selagi ayahku masih ada dan sehat, aku ingin memberinya sebuah jaminan yang dijanjikan Allah SWT, yaitu surga.
Rambut dan seluruh bagian tubuh ini adalah milik Allah, dan Allah ingin agar pemberian-Nya ini ditutupi dengan indah dan hanya bisa diperlihatkan pada orang yang sudah memiliki hak atas diri kita. Teman, jangan takut kehilangan 1000 penggemar pria yang selama ini mengejar dan mengagumi kita, karena Allah menjanjikan satu pria shaleh yang akan membahagiakan dan mendampingi kita sampai akhir kelak.
Yakinlah apa yang telah diperintahkan Allah pasti akan mendatangkan kebaikan bagi umatnya. Jangan pernah ragu akan janji Allah SWT, karena Ia pasti akan menepatinya. Teman, hidup ini terlalu berharga untuk disia-siakan, karena itu jangan menunda sesuatu yang baik selagi kita bisa melakukannya, sebab kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada hari esok, apakah rambut ini masih sempat untuk ditutupi oleh hijab? Ataukah yang tersisa hanyalah sebuah penyesalan mendalam?!
Sama hal nya seperti orang yang sedang jatuh cinta, katika kita mulai belajar untuk mencintai Allah, maka insyaAllah apapun yang Allah perintahkan akan kita lakukan dengan keikhlasan hati, karena hanya satu tujuan kita, yaitu untuk mendapatkan ridha Allah SWT, dan ketika Allah sudah ridho, maka siapa makhluk di dunia ini yang bisa menghalangi segala rejeki dan rahmat-Nya? Tentunya tak ada. Betapa banyaknya keuntungan yang bisa kita peroleh jika kita mau berjilbab dan terus memperbaiki diri untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Jadi, janganlah menutup mata dan hatimu lagi atas perintah Allah. Segeralah berjilbab dan jadilah muslim yang istiqamah, karena dengan begitu kita bisa meraih kebahagian dunia dan akherat kelak.
3. “Minta doanya yaa, semoga Allah memberikan hidayah sehingga aku bisa berjilbab”.
Menurut saya karena berjilbab itu adalah sebuah kewajiban dan bukan sebuah pilihan, maka kalimat di atas kurang tepat karena masalah kepatuhan adalah urusan seorang hamba dengan Allah SWT langsung. Sedangkan kita sebagai sesama muslim hanya bisa saling mengingatkan dan mengajak dalam kebaikan saja.
Yang paling penting disini adalah tindakan kita, karena seberapa banyakpun orang yang mendoakan kita, namun kalau kita sendiri menutup mata dan hati akan perintah yang sudah jelas ada dalam Al Quran, maka akan sia-sia saja. Teman, tak ada ruginya memakai hijab. Kita justru akan terlihat lebih cantik dan rapih. Rambutmu akan semakin sehat karena selalu terlindung, begitupula dengan kulitmu yang akan selalu terjaga kehalusan dan keindahannya karena selalu tertutupi oleh pakaianmu yang sasuai syareat Islam.
‘…. dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu …’ [Qs. al-Ahzab : 33].
Jadi, tunjukkanlah kebanggan kita sebagai seorang muslim. Jadilah wanita shaleh yang bisa menjaga kehormatan diri dan keluarganya, dan peliharalah rasa malu karena itu adalah bagian dari iman kita. Pakailah jilbabmu dan sambutlah hari baru, hari dimana rahmat Allah akan selalu menyertai setiap langkahmu
sumber:
selvywiduhung
betapa pengecutnya aku belum berani berhijab. ;-(
ReplyDeleteMinta dalilnya dong kalo tidak berhijab itu ayah kita yang menanggung dosanya
ReplyDelete