terkadang diam adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata
Ketika diam lebih banyak bercerita dari pada bersuara
Aku akan memilih diam
Berdiam, tenggelam dalam diam
Mendiamkan diri, menangis dalam diam
Menatapmu dalam diam
Dan mencarimu juga. Dalam diam.
Kuhitung jejak-jejak kakiku yang menempel di pasir
Entah berapa ribu jejak sudah kutapakkan
Ketika tujuanku adalah kamu
Tidak ada sedikitpun kurasakan lelah itu
Mesti keringat sudah membasahi tubuhku
Aku berhenti sejenak
Aku bertanya kepada Tuhan
Kemana ciptaanNya yang dari tulang rusuknya terlahir aku?
Atau mungkin takdir belum mempertemukan kami?
Lantas, kapan?
Kulihat awan berhenti dari geraknya, pertanda tidak adanya jawaban dari Sang Pencipta.
Kulanjutkan perjalananku.
Sayang, jika aku diam-diam mencarimu
Lalu mengapa engkau pergi dalam diam juga?
Dua kediam-diaman tidak akan bisa dipertemukan
Apa kau diam-diam tidak ingin kutemukan?
Lalu mana janji yang kau ucap tentang cinta, mimpi, dan takdir?
Jangan kau biarkan kuanggap palsu semua janji-janjimu, Sayang.
Sudah berapa lama aku tenggelam dalam harapan-harapan yang kau beri
Itu lebih buruk daripada mengangkut ribuan papan lalu mendaki hingga sang mentari terbenam
Jangan, Sayang. Jangan
Jangan kau biarkan sang hawa meneteskan mutiara dari matanya
Jangan kau biarkan sang hawa mencarimu sendirian
Ia bisa kehilangan jejak, ia bisa tersesat
Ia tidak sekuat seorang perwira
Tidak, Sayang
Aku yakin, kau tidak setega itu
Kembalilah, kekasih yang pernah kupuja.
Kita hidupkan api yang sudah padam itu lagi
Kita cerahkan dunia yang sudah gelap itu
Kita isi hari-hari yang pernah kosong
Kita balut luka lama yang pernah ada
Dan sirami tanah yang sempat kering
Percayalah, Sayang
Kuyakin dunia tidak sejahat itu memisahkan kedua insan dari kebahagiaannya.
Yang menyayangimu,
berawan com terkadang diam adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata
0 komentar:
Post a Comment