Wednesday, May 7, 2014

tresnamu koyo KRUPUK soyp suwe soyo MLEMPEM TENGIK PISAN
cintamu seperti KRUPUK makin lama makin MLEMPEM dan berBAU TIDAK SEDAP



Aku ingin menceritakan sebuah kisah. Kisah yang tdiak berjudul, karena aku memang tak ingin kisah ini menjadi sempit karena judul. Ini tentang aku dan dia. Dia yang membuatku merasakan perasaan campur aduk di usia yang sudah basi dengan cinta main-main. 

Ketika aku bercerita tentang kisah ini mereka bilang seperti drama televisi. Aku tak pernah percaya drama. Mungkin itulah mengapa kisah ini tak berakhir dengan baik dan menggantung. 

Pertengahan Oktober tahun lalu, aku menyatakan perasaan suka kepada seseorang. Pertama kalinya. Terlalu berani, namun jika tidak melakukan pengakuan itu, sampai matipun dia tak akan pernah tahu. 

Dua minggu aku mengumpulkan keberanian, hingga di suatu malam seusai bekerja, aku memanggilnya dengan tepukan majalah mungkin tepat mengenai bokongnya. Sebenarnya memanggilnya saja adalah sebuah keberanian, karena kami tidak begitu dekat dan sangat jarang mengobrol. Sebuah tepukan isyarat untuk mengikutiku keluar kantor. 

Aku langsung menanyakan dengan suara lirih. Kamu dengan dia ada hubungan apa? Untuk memperjelas jika dia sedang tidak bersama siapa-siapa. Karena dia dan temanku terlihat telah sangat dekat. Aku menebak mereka memang tidak ada hubungan apa-apa. Bertanya untuk memastikan saja. Kami hanya partner kerja, jawabnya. 

Masih dengan lidah kelu dan mulut seperti terkunci, suaraku sangat pelan mengucapkan kata-kata yang kadang aku sesali, terucap juga. Suki desu. I like you, yang tidak terdengar jelas karena hanya bibirku yang bergerak. 

Raut mukanya memerah dan salah tingkah. Terlihat bingung. You just want to tell me that? But I have no idea, katanya. Dengan buru-buru aku minta maaf. Sorry, kataku sambil menekan lift untuk pulang. Terdengar jelas dia ucapkan No beberapa kali, yang membuatku menebak-nebak di perjalanan pulang. Apa maksud kata itu. 

Ini bagian favoritku malam itu, dan selalu tersenyum ketika mengenangnya. Aku yang di dalam lift, dan dia yang di luar saling menatap. Bibirnya bergerak mengucapkan Thank you dengan wajah bersemu merah dan pintu lift yang tertutup pelan-pelan membuatnya tak terlihat lagi. 

Aku mengutuk diri dalam perjalanan pulang dan menerka-nerka apa yang akan terjadi ketika kami bertemu kembali. Apakah aku masih punya keberanian menampakkan muka? Aku kemudian menulis sebuah pesan dan mengirim ke emailnya. Ya, sebelumnya kami hanya saling menulis pesan via email. 

Tak ada balasan.

Minggu subuh aku menerima email, darinya. Aku tersenyum sekaligus gundah. Bukan jawaban ya. Namun sebuah jawaban sederhana yang membuatku hingga saat ini tidak bisa menyanggupinya. 

Ketika berjumpa di kantor, dia menghampiriku. Menanyakan sesuatu. Rasanya senang tiada duanya. Esok harinya dia tidak terlihat di kantor sampai malam hari. Aku mengiriminya pesan singkat, menanyakan dia di mana. Kali ini lewat sms. 

Malam itu kami bertemu dan berjalan ke sebuah taman. Mengobrol dengan enteng. Diam ketika kehabisan kata-kata. Bukan sesuatu yang mudah. Aku tidak begitu bisa bahasanya. Dia pun sedang belajar Bahasa Indonesia. Akhirnya kami lebih banyak mengobrol dengan Bahasa Inggris, yang tidak begitu kami kuasai. Aku semakin menyukainya malam itu.

Kami pun pulang. Di perjalanan dia mulai menanyakan tentang sesuatu yang pribadi dan membicarakan hubungan seperti apa yang akan kami jalani. Aku menyukainya lebih dulu jadi aku pasrah dengan keputusannya. Dia ingin saling mengenal lebih banyak. Sepanjang perjalanan aku memegang lengannya dan berjalan begitu dekat. Kami bukan sepasang kekasih, namun sedang dalam perjalanan memadu kasih, yang hanya tinggal kenangan. 

Aku kira hubungan seperti itu akan mudah. Namun aku goyah sehari setelah kami berjanji untuk saling mengenal lebih jauh. Aku menjadi tahu, temanku juga menyukainya.


berawan com tresnamu koyo KRUPUK soyp suwe soyo MLEMPEM TENGIK PISAN

0 komentar:

Post a Comment