Kita Putus
Itu katamu kemarin lusa. Setelah aku minta mengakhiri hubungan jarak jauh ini. Hanya sesingkat itu balasan sms mu. Bahkan kamu gak tanya alasan kenapa aku minta putus. Dua hari sudah aku tunggu… Tunggu kamu tanya alasan itu, tapi kamu gak ada kabar sama sekali. Mungkin cuma aku yang sakit hati, sedangkan kamu disana senang-senang sama perempuan lain. Mungkin juga kamu sudah merencanakan sesuatu, setelah satu bulan lalu kamu seakan menjauhiku, apa aku yang sensi ingin diperhatikan. Iya, kita sibuk memang, kamu dengan pekerjaanmu, aku dengan jadwal kuliahku. Iya, kita jauh memang, kamu di timur, aku dibarat. Aku gak tau kamu setia atau malah sebaliknya. Aku pun curiga. Yaaah, seperti biasa kamu meyakinkan aku, seperti anak kecil yang diberi ice cream. Aku percaya kamu gak “main”.
Lagi… Lagi…… Aku percaya.
Ini namanya apa?? Sayang?? Cinta?? Suka??
Aku lelah, noval. Aku menyerah dengan hubungan jarak jauh ini. Mungkin ini terakhir kalinya aku bilang putus. Dan kamu bisa bebas bereksplorasi dengan banyak perempuan lain, dan aku bisa bebas meluapkan sakit hati ini dengan caraku.
Aku gak mau kejadian tiga bulan lalu terulang lagi. Saat kamu menginginkan bibir ku dan bibir mu bersentuhan. Aku bilang tidak. Kamu memaksa. Aku menolak. Kamu tetap memaksa. Dan aku pergi…….. Aku tau kamu kesal. Tapi hubungan jarak jauh ini masih berlanjut. Di kotamu, kamu malah bersenang-senang. Bukan dengan ku tapi dengan perempuan bayaran mu. Kamu habiskan lima gelas bir. Dan aaaahh… Kamu mengkhianati ku dengan cara yang paling biadab.
Kamu menelepon ku, sedang dalam keadaan setengah hangover. Kamu menceritakan kronologi nya, seperti sedang mendongengkan anak kecil.
“Perempuan itu yang minta, katanya mau diajak tidur tanpa dibayar” kamu mengelak..
“YAUDAH KENAPA GAK TIDUR BARENG DIA AJA SANA” aku balas..
“Aku gak mau, gak mood. Aku mau nya sama kamu” katamu.
“Lanjutin aja sana, pengen dicium kan, tuh, ada yang mau. Sekalian nikah sama tuh cewek juga gapapa. Gue gak peduli” aku kesal, marah, sakit hati. Aku menangis sejadi-jadinya. Rasanya sesak.
“Udah aku bilang aku gak mood. Aku mau nya sama kamu titik. Lagian dia tadi cuma (***sensor***) aku doang kok” kamu menaikkan nada suaramu. Dan aku menangis semakin kencang. Aku berharap operator seluler memutuskan sambungannya, tapi tidak.
“Aku sayang kamu, tapi kamu cium aku aja gak mau. Kamu sayang gak sih sama aku?” Kamu melanjutkan kata-katamu.
Aku masih tetap menangis, mendengarkan ocehannya.
“Aku sayang kamu, noval. Tapi gak begitu caranya. Udahlah sekarang kamu sama dia aja. Mau mati kek, mau masuk jurang kek, ngapain aja terserah aku gak peduli. Jangan hubungin aku lagi” aku gak tau harus bilang apalagi.
“Nikah? Kan aku udah bilang, aku mau nya sama kamu. Kamu gak ngerti ya daritadi aku ngomong” katamu lagi.
Aku muak. Aku tutup telepon ku. Aku menangis. Bodoh!!! Kamu bodoh.
Selama satu minggu aku buang air mataku. Aku pikir dunia mengutukku. Aku harus bangkit. Tak usah diceritakan bagaimana rasanya. Anggaplah sebuah kaca yang dijatuhkan dari gedung berlantai tujuh. Hancur.
Setelah gelar move on disematkan kepadaku, kamu muncul. Memohon, minta maaf, merayu, segala hal kamu lakukan untuk melanjutkan hubungan jarak jauh yang kemarin delay. Aku menolak. Tapi aku sayang. Kamu membuat sebuah janji, aku mengiyakan. Sekarang akulah yang bodoh. Aku gak belajar dari kejadian kemarin. Aku sayang, sayang banget.
Akhirnya menjadi “kita” lagi. Kamu lebih baik, lebih menghargai aku, lebih perhatian. Kamu lebih sering berbicara tentang masa depan. Tentang kamu menjadi ayah, dan aku menjadi ibu. “Nanti kalo kamu udah lulus aku lamar kamu ya. kita nikah” itu salah satu kata-katamu. Aku cuma bisa meng-amin-i saja.
Tujuh bulan lalu saat kita pertama kali memulai hubungan ini kamu juga bilang “sayang, kapan kita nikah”. Aku berucap “kapan-kapan ya”. Dan kamu membalas “sekarang kan kamu masih kuliah, 2 tahun lagi aku lamar kamu”.
Itu cuma ucapan kan. Buktinya sekarang kita udah jalan masing-masing. Kamu itu kesalahan. Kesalahan yang gak pernah bisa aku ubah.
Sekarang kamu harus tetap berjalan lurus tanpa aku. Aku gak akan lagi berkata salah ketika kamu salah, aku juga gak akan lagi membenarkan kesalahanmu. Aku gak bisa bikin kamu jadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Cari… Cari perempuan yang benar-benar sejalan dengan logikamu. Yang berpikiran bahwa ciuman adalah tanda sayang. Aku lelah. Selamat ulangtahun.
sumber:
kompasiana - tita sri handayani
0 komentar:
Post a Comment