Monday, April 21, 2014

the only one thing want to do i love you


Kembali ke masa yang telah terlewati dulu, masa yang pernah meredupkan sedikit cahaya emas nan jauh, tapi tetap terasa dalam hati. Kembali lagi masa-masa tak seimbang dalam buah cinta, dan muncul kembali pria kering yang menanti cahaya indah pagi.

Malam sepi, angin menghantam pria lemah dalam balutan kain putih, kusam, tak berdaya. Tampak tak bertenaga, tetapi apa yang ia punya adalah pandangan penuh mimpi dan harapan. Tertegun memandang BINTANG, mengelokkan paras cantik rupawan, disanalah pujaan hatinya yang menawan.

BINTANG mulai tersebar terserak merebak nan jauh, tak lama kemudian hilang. Kejutan dalam hati pun tak kunjung hilang. Mata tak terpejam tuk terus memandang langit yang hitam, penuh harap tuk datangnya BULAN, seraya pria ini mulai berjalan. Kemana kan kau bawa, apakah hingga ujung jalan?

Kemana kau kan hilang, bersama dengan terbenamnya matahari?

Mata tak buta, hati paling perasa, kulit merasa, tapi tak ada daya tuk menyentuh sang pujangga.

Tapi..

Inikah cinta buta?

Tapi..

Inikah batas DUNIA?

Sekitar tertawa, saksi bisu seperti memandang sebelah mata.

Apa yang bisa pria itu lakukan?

BINTANG pun tak elok melihat kembali padanya, BULAN pun tak lama menatapnya. Kembali lah angin menghempas pria kering ini, kain putih kusamnya pun mengikuti kemana arah angin berlalu. Seraya seperti tertawa, balutan kain pun meninggalkannya, raut wajah, emosi jiwa, batin yang tegar, apakah kesendirian adalah jawaban?

Melihat tanah yang kering sama seperti melihat ketandusan dalam batin, hati yang terhindar dari kesuburan nan indah. Pria ini tak malu pada DUNIA, baginya satu dua BINTANGlah yang akan menyinari sedikit isi harapan kecil baginya, BULAN adalah penopang kerapuhan tubuhnya. Baginya, matahari adalah dirinya yang baru dengan semangat baru yang telah lama terbaring sunyi.

Saat itu juga berjalanlah ia ke arah laut, disambutlah laut yang dalam itu. Terus ia tembus jauh laut itu, dengan mencoba berusaha gagah tuk arungi kuatnya ombak lautan, hingga tiada daya, terapunglah sang pria kering ini. Pandangannya mengarah langit antara ke abu-abuan dan hitam semu seperti suasana hatinya yang biru, sang air mata pun berandil tuk membasahi paras kotornya.

Hatinya berbicara, jika semua ini tentang rasa cinta, tubuh ini hanyalah tempat dimana cinta sejati itu singgah, untuk menemukan serpihan yang hilang, karna keyakina itu ada bahwa serpihan yang hilang ada pada BINTANG yang bertebar disana. Maka melalui tubuh ini, tak ada lagi malu untuk DUNIA, karna kelak pria ini kan menangkap BINTANG, dan DUNIA dimilikinya, karna DUNIA itu adalah serpihan terbesar dari cintanya. Penuh keteguhan dan ketabahan, terpejamlah matanya di ambang laut, ombak tak kenal henti menghempas. Menunggu matahari tuk berikan nyawa, atau mati tenggelam bersama harapan, karna keyakinan dan keteguhannya, ia lalui malam yang kejam itu hingga matahari pancarkan cahayanya. Oh begitu terangnya, inikah sumber semangat itu?

Kembalilah ia ke tepian tuk memulai petualangannya yang tertunda, pria kering dengan satu harapan besar yang tajam pada matanya.

Mengarungi ombak laut ke tepian, sambutan rumput dan bunga bergoyang dengan tegak menantang. Siap tuk hadapi DUNIA dan malam untuk melihat dan meraih BINTANG dan miliki DUNIA


berawan_com the only one thing want to do i love you

0 komentar:

Post a Comment