Tuesday, January 21, 2014


Stop Stop I'm gonna Pee

(Berhenti aku mau pipis)


Para pembaca yang budiman dan budiwati, meski aku sudah melapor dan meminta pendapat kepada Pak kiayi beberapa hari yang lalu, hatiku tetap belom bisa tenang, apalagi jawaban pak kiayi sangatlah tidak masuk akal, tak ada yang mengena dengan masalahku.

Lalu kemana dong aku harus meminta perlindungan?

Hatiku masih belom siap buat menceritakan ini semua kepada kedua sahabatku itu, sudah susah payah aku mengumpulkan teman, dan selama kurun waktu 25 tahun, cm mendapatkan dua sahabat, sungguh sangat tipis pergaulan ini . dan aku tak mau kehilangan mereka, kalau sampai mereka tidak terima dengan keadaanku lalu mereka pergi dariku, kemana lagi aku harus mengadu?

Dan akhirnya, aku putuskan untuk cuti panjang. Pulang kampuang!

Setelah sekian tahun, aku gak menginjakkan kaki dirumah ini, semua terasa berbeda. Mama sudah kelihatan sepuh, kedua adik kembarku Cica dan Cici udah kelas III SD.

Setelah beberapa hari di rumah. Oke, sekarang aku putuskan untuk menceritakan ini semua kepada keluargaku sendiri, meski aku paling tidak bisa curhat masalah pribadi dg mereka.

Hingga satu malam di meja makan. Seperti bisa aku dan mama pulang dari masjid langsung menuju meja makan untuk menyelesaikan sisa2 buka puasa tadi sambil membereskan piring2 yang kotor, aku mulai pengaduan ini.

ma!

hmm..

aku mau cerita

cerita apa? sambil membereskan sisa2 makanan di meja.

aku lagi ada masalh serius ma

iya, masalhnya apa?

aku jatuh cinta ma

bagus dong, sudah lama kamu pacaran, kok belom dikenalkan sama mama, anak mana, terus kalian lagi berantem sekarang, apa yg jd sebab? pertanyaan mama membabi buta.

bukan itu maksudnya ma aku belom

kamu belom menembaknya? Buruan , kalo cantik tar keburu diambil orang lho. Mama malah becanda.

bukan gitu Ma jawabku sewot.

terus apa?

Sebelum aku mengatakan yang sesungguhnya, aku bersiap2 memejamkan mata dan menutup kedua telinga dengan tangan, aku tidak ingin melihat mama histeris dan jatuh pingsan tujuh hari tujuh malam.

Ku tarik nafas dalam2.

ma, aku mencintai laki-laki! suaraku meninggi saat menyebut kalimat laki-laki, agar aku bisa mengimbangi teriakan histeris mama. Dua puluh lima detik berlalu, hening.


(Ya iaya laahhhh kalo elu-nya cewek itu mah pengakuan yang wajar gak dosa kok Sist)

0 komentar:

Post a Comment