Sunday, June 15, 2014


Belajar dari si Gila


Pernah mendengar cerita katak Kalimantan yang menyeberangi Sungai Barito? Jika belum, cerita yang disampaikan Adi Sasono pada Silaknas ICMI, layak disimak.

Dalam cerita itu, seorang gila bertemu dengan seorang profesor. Keduanya berbincang tentang katak. Yakni katak Kalimantan yang mampu melompat sejauh 50 cm. “Berapa lompatan yang diperlukan katak Kalimantan itu untuk sampai ke seberang sungai Barito?” tanya si gila itu. Sedangkan lebar Barito adalah 1.250 meter.

Dengan cepat, profesor itu menjawab. “2.500 lompatan,” katanya. Menghitungnya sangat mudah. Jika katak itu dapat melompat setengah meter, maka jumlah lompatan yang diperlukan adalah dua kali jarak dalam meter.

Orang gila itu terkekeh-kekeh mendengar jawaban profesor. Si gila lalu menjawab “yang diperlukan katak itu untuk sampai ke seberang, hanya dua lompatan. Yang pertama adalah melompat ke air. Setelah itu katak akan berenang. Sampai di ujung, katak baru akan melompat lagi ke daratan.”

Saya, Anda, dan kita semua bisa seperti profesor itu. Pandai dalam logika, namun dungu terhadap realita. Dengan logika kita merasa mampu menjawab segalanya. Dengan logika, kita percaya dapat memecahkan seluruh masalah. Apalagi bila kita merasa tak cuma punya logika, namun hafal di luar kepala berbagai teori yang disebut buku-buku teks, dan memiliki segudang pengalaman. Persoalan apa yang tidak dapat kita atasi? Namun di dunia ini kita tidak hanya memperlukan perhitungan logika, tetapi juga memperlukan akan perhitungan realita.

Saya bukan profesor bukan pula si gila. Namun di hari ini, kalau harus belajar pada mereka, saya akan belajar dari si gila. Ia, sepertinya, tak punya apa-apa. Namun ia memiliki wisdom, yang membuatnya selalu mampu mencermati realita. Realitalah, bukan kata-kata, yang merupakan kebenaran.



dipikir karo turu nek kur awu akurapopo

berawan com dipikir karo turu nek kur awu akurapopo

0 komentar:

Post a Comment