Thursday, May 22, 2014


Gak laku-laku, susah cari jodoh

Pernah aku ditanya soal jodoh. Aku sih jawabnya gini "sejak aku balik Jogja 2009 dan mulai nulis, dan lebih peka terhadap sesuatu hal. Jadi masih sibuk dengan diri sendiri, rasanya butuh waktu untuk bisa berbagi lagi sama orang lain". Peka gimana maksudnya, yah... kata beberapa temenku sekarang kesadaranku meningkat, otak kanan aktif sehingga mudah untuk menulis dengan intuisi dibanding sebelum 2009.

Aku mencoba baca cara-cara mencari jodoh. Ada yang nulis mesti mengatasi mental blocking, seperti egois, sulit berbagi, standar terlalu tinggi. Atau ada yang nulis, tidak perlu cinta untuk menikah. Ada lagi bergaullah di tempat yang sesuai dengan standar wanita yang diinginkan.

Menurutku paling sulit adalah CHEMISTRY. Rasa deg-degan gak karuan, gemeteran, pengen terus ketemu, kebayang-bayang terus. Susahnya yang disukai gak mau. Idealnya memang punya chemistry dari dua belah pihak dan bisa bertahan. Soalnya chemistry juga bisa redup seiring dengan waktu.

Aku belum pernah merasakan lagi chemistry itu. Mungkin boleh dibilang rasanya deg-degan luar biasa waktu pas Merapi meletus, aku terkurung di rumah beberapa minggu karena hujan debu. Lalu aku sering menangis serasa masuk lorong waktu ke jaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak melihat langsung, tapi setiap kali membaca hadits serasa mendengar langsung dari beliau dan membuatku menangis tersedu-sedu.

Aku memutuskan gak gaul lagi, gabung kelompok yang sukanya makan enak, karaokean sampe malem atau nongkrong gak jelas sampai dini hari. Aku lebih suka membaca referensi dan menulis. Memperbaiki semuanya, aku merasa banyak sekali kesalahan yang kulakukan selama ini.

Terus aku banyak nulis, beberapa kali dapat tanggapan lewat e-mail, kebanyakan ngajak kenalan umurnya dua puluhan atau tiga puluhan. Begitu aku bilang umurku forty something, ada yang ngilang gitu aja, ada yang pakai basa-basi sebelum memutuskan gak kontak lewat e-mail.

Kemana coba laki-laki seumurku yang ngakunya mereka berniat cari istri. Kebanyakan mereka ini kurang merawat penampilan, di umur 40 sudah keliatan tuaaa. Fisik menurun drastis, perut gendut atau kurus dan keriput, botak, kacamata plus. Tapi maunya standarnya sama wanita muda banget dan cantik banget. Kalo duitnya banyak masih memungkinkan punya cita-cita kayak gitu, tapi yang kelihatan tua gak pernah merawat diri, ngerokok melulu, makan sembarangan, tidak pernah olahraga, maunya juga wanita cantik banget, bisa masak, bisa memuaskan suami, standar yang ketinggian.

Paling parah itu banyak laki-laki yang menyadari kekurangan fisik dan keuangan memutuskan untuk memuaskan imajinasi lewat internet. Ngobrol yang menjurus untuk mencari kepuasan sesaat.

Aku pernah nanya ke sobatku "kenapa di usia 40an laki-laki malah semakin tidak dewasa". Jawabnya sambil bercanda "puber ke 4", hehehe... pengen menikmati dunia lagi, ngerasain suasana hati yang menyenangkan tanpa tanggung jawab.

Tapi mungkin gak nemu pasangan yang ideal dengan kita. Semua mungkin, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Sama halnya seperti dengan kejahatan, kalau tidak terbongkar di dunia, balasannya di akhirat. Kalau ternyata di dunia ini dizalimi suami dan tetap sabar, di akhirat akan mendapat surga dan istri seorang laki-laki yang mati syahid.

Kebahagiaan di dunia dan akhirat itu maksudnya tidak selalu ideal seperti gambaran orang. Fisik menarik, uang banyak, anak-anak pintar, rumah mewah, mobil keren. Kebahagiaan tidak hanya dunia, tapi dunia dan akhirat, adalah hati tenang walau menghadapi banyak masalah, dan berusaha menjalankan ajaran Islam sesuai perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.

Dunia itu hanya sesaat, terima saja qodha dan qodar dan terus optimis untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Sudah jelas seorang mukmin harusnya percaya pada hari akhir, nyatanya nekad melakukan maksiat dengan berbagai pembenaran. Itu namanya tidak percaya hari akhir. Bersenang-senang di dunia boleh, tergantung caranya. Banyak membantu orang secara ikhlas dan merasa bahagia, itulah bahagia yang positif. 

Jadi kita nikmati hidup ini secara positif dengan atau tanpa pasangan. Soalnya dalam banyak kasus punya istri/suami malah hidupnya sengsara tak berkesudahan. Atau pengen ideal, punya pasangan dan bahagia? Yang penting ikhtiar dan berusaha istiqomah. Tidak ada jomblo di surga...

sumber;
amiratnawatiutami

percuma lagi tiap hari kalo gak ada yang ngejar

berawan com percuma lagi tiap hari kalo gak ada yang ngejar

0 komentar:

Post a Comment