Thursday, July 24, 2014




Masyarakat Belanda adalah masyarakat yang sangat menghargai waktu dan menghargai setiap pekerjaan yang di embannya. Aktor kesuksesan Belanda adalah masyarakatnya itu sendiri, Mereka sangat menghargai detik demi detik hidup yang mereka lalui. Disiplin waktu yang ditanamkan masyarakat belanda membuat mereka hidup untuk menghargai waktu.
“Hargailah hidup, maka hidup pun akan menghargai anda”, mungkin sebaris kalimat tadi juga salah satu penunjang kesuksesan kreatifitas Belanda di kancah Internasional. Disamping itu kebersihan jalanan umum, dan minimnya kriminalitas menjadikan Belanda menjadi negara yang patut diacungi jempol. Perekonomian yang lancar menjadikan Belanda negara yang nyaman dan layak huni.
Masyarakat Belanda adalah masyarakat yang menghargai setiap pekerjaan. Ini adalah salah satu faktor penunjang kreativitas masyarakat Belanda. Dari satu pekerjaan, bisa terlahir beberapa ide yang bisa menumbuhkan kreatifitas lainnya.
Antara manusia dengan binatang tentu saja memiliki derajat yang berbeda. Walau sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Bedanya manusia memang makhluk yang istimewa karena dikarunia akal sehat dan kearifan.
Bukan insting saja yang ada. Untuk itulah manusia sejatinya memiliki derajat kehidupan yang berbeda dengan binatang.
Seperti yang dikatakan ulama besar, Buya Hamka: Kalau manusia hidup cuma sekadar hidup, babi pun bisa melakukannya.
Artinya kalau hidup cuma untuk makan dan tidur binatang pun bisa melakukannya. Sebagai manusia tentu mesti punya nilai lebih.
Hidup bukan untuk makan dan tidup. tapi makan dan tidur untuk hidup, agar dapat menjadi bernilai hidupnya bagi sesama.
Sebagai manusia, kalau bekerja sekadar bekerja. Apa bedanya dengan kera? Kera juga bisa bekerja dengan keahliannya. Kera bisa bekerja untuk manusia dengan memetik kelapa.
Apa yang dikatakan Buya Hamka memang terasa menohok. Kita sebagai manusia dengan segala pembenarannya bekerja sekadar mendapat imbalan.
Oleh sebab itu dalam bekerja kita kehilangan rasa. Seringkali keadaan yang menyebabkan kita berlaku demikian. Apalagi di tempat kita bekerja tidak ada apresiasinya. Yang rajin dan yang malas sama saja penghargaannya.
Apa artinya bekerja rajin dan sungguh-sungguh kalau hasilnya toh sama saja? Dalam kondisi ini keluguan dan semangat kita hilang. Bekerja jadi sekadar bekerja.
Secara logika kita anggap benar saja. Tetapi secara kejiwaan kita telah menyia-nyiakan potensi yang kita miliki. Pada dasarnya kita orang yang rajin dan bersemangat. Tapi rela memalaskan diri.
Bila bekerja hanya sekadar demi imbalan tanpa kecintaan, maka tak akan dapar terhindarkan bila kita akan bekerja sekada bekerja.
Alangkah indahnya hidup ini bila kita dapat bekerja bukan sekadar mengejar imbalan. Tapi ada kecintaan yang menyertai.
Seperti halnya kita yang menulis di Kompasiana. Setiap hari rela menyisihkan waktu dan tenaga. Bahkan rela mengeluarkan sedikit biaya dan memeras otak. Padahal kita sadar tak ada bayaran yang akan diterima.
Kalau bukan karena semangat atau gairah dan kecintaan. Apa lagi namanya? Bila hal ini dapat kita aplikasinya dalam pekerjaan kita tentu bekerja menjadi sesuatu hal yang sangat menyenangkan.
Jadi kesimpulannya, agar kita terhindar dari bekerja sekadar bekerja pilihannya adalah mencari pekerjaan yang sesuai dan memberikan kenyamanan, sehingga tidak terkesan membudakkan diri dalam bekerja. Tapi dapat bekerja dengan penuh suka cita dan cinta. Masih ada sisi kemanusiaan yang menyertai.

kalau hidup sekedar hidup babi hutan juga hidup. kalau berkerja sekedar berkerja kera juga berkerja


berawan com kalau hidup sekedar hidup babi hutan juga hidup. kalau berkerja sekedar berkerja kera juga berkerja



0 komentar:

Post a Comment