Monday, July 28, 2014


Tentara adalah profesi mulia, karena dia bertanggung jawab atas kedaulatan dan keamanan negara. Setiap tentara harus siap menerima risiko ditempatkan di mana saja, harus siap mengorbankan jiwa-raga untuk negara, melebihi kepentingan pribadi dan keluarga. Banyak kisah menyentuh dari tentara dan keluarganya selama menjalankan tugas.

Beberapa  waktu lalu saat pulang berlibur ke Yogyakarta. Saya mengunjungi  saudari  ipar. Dia seorang Perawat di Rumah sakit Panti Rapih. Jujur, diam - diam saya mengagumi ketegaran hatinya untuk setia memilih saudara laki - laki saya untuk menjadi suaminya.  Suaminya bekerja di pelayaran luar negeri. Sejak  istrinya hamil muda  suaminya sudah berangkat berlayar lagi. Pulang  hanya sebentar,  itupun karena istrinya akan melahirkan. Setelah keponakanku berusia satu bulan, suaminya harus segera berangkat berlayar lagi. Kebetulan saat mereka pamitan saya hadir. Duh, aku tidak tega sebenarnya. Untunglah ibu  saudari  iparku bisa mendampingi  putrinya yang baru melahirkan tersebut.

Ikut  terharu  menyaksikan  beratnya  perjuangan menjadi seorang istri yang terpaksa berjauhan dengan suami. Belum lagi  dengan kelahiran putra pertamanya yang baru umur sebulan. Ketika cuti bersalin habis, saudari  iparku harus masuk kerja shiftsebagai seorang perawat, berarti kadang  dinas pagi, siang dan malam .  Bisa kita  bayangkan betapa tidak mudahnya perjuangan dia  sebagai istri untuk mengatasi segala sesuatunya sendiri. Orangtuaku  sering mengunjungi menantunya tersebut. Paling tidak ada dukungan mental agar dia tegar,  keluarga iparku dan keluargaku  yang laki - laki ikut menggantikan sosok ayah bagi keponakanku.

Tentu saja persoalan bukan cuma sekedar   tidak adanya kehangatan seorang suami bagi seorang istri dan ayah bagi sang bayi secara   fisik. Masalah remeh temeh lain kadang menghiasi. Termasuk saat atap rumah perlu perbaikan, selokan atau wc yang mampet dan sederet daftar tunggu  servis pernak - pernik perlengkapan rumah tangga. Dalam diam saya mengaguminya. Tak ada keluhan berarti yang terucap dari bibirnya. Dia wanita tegar yang selalu tersenyum untuk  bayi mungil dan setia pada suaminya. Ia selalu setia dalam doa untuk suami yang sedang berlayar. Sungguh hanya perhatian yang tercurah bagi bayinya saja yang menghiburnya pagi, siang dan malam.

Pada sisi kehidupan lain. Salah satu sahabat baik saya juga mengalami hal serupa. Sejak setahun pernikahannya, dia terpaksa harus tulus dan ikhlas melepaskan suaminya bertugas di Libanon. Sebagai bidan ia sangat memahami resiko menjadi istri seorang TNI Angkatan Laut. Berat memang rasanya. Terlebih hingga dua tahun lebih pernikahan mereka belum juga dikaruniai putra. Rumah tempat tinggal mereka rasanya sunyi dan sepi. Beruntung saat ini kemajuan tehnologi masih bisa mendekatkan mereka. Walaupun awalnya sahabat saya ini tidak memahami dunia internet, mau tak mau ia harus belajar yang namanya chatting.
Perbedaan waktu  antara Indonesia dan Libanon juga menjadi persoalan. Belum lagi tugas shift jaga seorang bidan yang membuat ia  sering tidak bisa terhubung dengan suaminya. Kadang saat suami ada waktu, bertabrakan dengan jadwal dinasnya sebagai bidan.  Sebagai alternatif mengisi kesibukan teman saya lebih suka menghabiskan sebagian besar waktunya di lingkungan rumah sakit. Bila mendapatshift tugas pagi hari maka  sore hari ia mengambil tugas tambahan membantu praktek dokter kandungan.

Selain saudari  ipar dan sahabat saya tersebut, masih ada juga beberapa keluarga dan sahabat yang lain mengalami saat - saat  terpisah  dengan suami karena tugas. Tak semua istri sanggup menjalani cara hidup berkeluarga seperti ini. Kendati dua contoh realita yang saya ambil ini kebetulan adalah para istri yang tegar dan setia, namun tidak menutup kemungkinan ada pula yang merasa begitu berat dan mau tidak mau salah satu harus mengalah untuk kehilangan pekerjaan mereka.

Berikut ini beberapa rahasia yang mereka bagikan tentang  rahasia kesetiaan para istri pada  suami  saat terpisah karena tugas :
  1. Berkomitment  untuk saling setia dan percaya sejak sebelum menikah.

  2. Tetap menjalin komunikasi yang intensif dengan suami saat ada kesempatan, menjaga suasana hangat dan romantis kendati jauh

  3. Jujur dan saling terbuka  dalam mengatasi persoalan rumah tangga sekecil apapun.

  4. Menjalin relasi yang dekat dengan sanak keluarga baik dari pihak suami dan dari keluarga sendiri.

  5. Menjaga keutuhan cinta agar tidak mudah tergoda perselingkuhan.

  6. Mencari kesibukan  positif yang dapat membantu mengalihkan rasa kesepian.

  7. Berusaha menerima situasi dengan hati tulus  tanpa berkeluh kesah.

  8. Bergabung dengan para sahabat  sesama  istri TNI atau dalam kegiatan serupa yang bermanfaat.

  9. Membicarakan pada keluarga ( orangtua ) dalam pengambilan keputusan penting saat suami tidak bisa dihubungi.

  10. Lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
Sungguh  apa yang mereka sharekan  ini bukanlah hal yang mudah dan saya  menaruh hormat dan mengagumi mereka para istri yang sangat setia berjuang dalam kekuatan dan kelembutan hati seorang istri sekaligus ibu.

Salam hangat dan teriring doa bagi para istri yang saat ini sedang terpisah karena tugas sang suami tercinta.

Oleh:
Bidan Romana Tari
Sumber: Kompasiana


tunggu aku sayang akan ku pinang engkau setelah sepulangku dari tugas negara


berawan com tunggu aku sayang akan ku pinang engkau setelah sepulangku dari tugas negara

0 komentar:

Post a Comment