berani jadi mata keranjang aku colok matamu
Hidung Belang & Mata Keranjang
Ini gara-gara buku BATAVIA: Kisah Jakarta Tempo Doeloe-nya Intisari jadi penasaran sama “Hidung Belang” dan “Mata Keranjang” (sebelum bikin cerita dan nulis artikel pesenanya Om Har) Ahey~
(duh galau yang mana dulu—pengen RP juga soalnya)
“Hidung Belang” dan “Mata Keranjang” mempunyai arti yang hampir mirip mengarah pada orang nakal dan sifat mesum. Tapi dari mana kata ini berasal?
MATA KERANJANG
Istilah ini berasal dari bahasa Arab yang salah dipahami karena awalnya “Mata Keranjang” ditulis dengan huruf Arab Gundul yang terdiri dari huruf ‘mim’ digandeng dengan ‘alif’ dan ‘ta’ dibaca ‘mata’. Selanjutnya huruf ‘kaf’ disatukan dengan ‘ra’ disusul ‘jim’ dan ‘ngain’ yang berangkai yang dibaca orang Indonesia ‘keranjang’ yang pada masa itu penulisan ‘ke’ memang digabung mengikuti kata ‘ranjang’ sehingga terbentuklah kata baru ‘Mata Keranjang’ padahal seharusnya, jika sesuai EYD ‘Mata Ke Ranjang’ dengan makna saking terpesonanya laki-laki atau perempuan, yang manapun, maka pikirannya akan selalu mengarah ke ranjang.
HIDUNG BELANG
Istilah ini muncul pertama kali di Jakarta yang saat itu masih Batavia (rentang tahun 1621-1942) sekitar abad ke-17 saat laki-laki Belanda datang tanpa ditemani perempuan-perempuannya sehingga ini mendorong mereka untuk mengambil perempuan pribumi sebagai istri sementara (yap, yap, dorongan biologis). Tapi lebih detilnya lagi itu dimulai ketika seorang pria Belanda yang merupakan seorang Perwira Gubernur Jenderal VOC terlibat dengan laki-laki Belanda bernama Seartje Specx, anak angkat pejabat Belanda Jan Pieter Coen (Gubernur Jenderal VOC 1618-1623), orang yang menjadi kekasih gelap Seartje Specx ini adalah Pieter Cortenhoeff. Akhirnya, dia dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman di tengah kota, namun sebelum menjalani hukuman, hidung Pieter Cortenhoeff dicorengi arang hingga tampak belang. Sejak saat itu orang yang tertangkap basah sedang berzina ditangkap dan dicoreng hidungnya dengan arang.
berawaan com berani jadi mata keranjang aku colok matamu
0 komentar:
Post a Comment