Wednesday, July 2, 2014



Biasanya ibu-ibu memasak dengan mencicipi rasa. Apakah itu tidak mengurangi atau membatalkan puasa? Yuk simak penjelasan Hj Masyithah Umar, dosen IAIN Antasari Banjarmasin.
Masyithah membeberkan beberapa pendapat fuqaha. Pendapat Syafi'iyah menyebutkan dimaafkan bagi yang berpuasa masuk sesuatu ke perut karena lupa atau dipaksa (QS Al-Baqarah ayat 173), "... famanidhthurra ghaira baaghin walaa `aadin falaa itsma `alaihi inallaha ghafuurun rahiimun". Artinya, barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Jika perempuan sudah sering atau terbiasa memasak tentu sudah memiliki keahlian/kemampuan untuk takaran dan tidak perlu untuk dirasakan lagi.
Tapi untuk kehati-hatian terhadap hidangan, mencicipi lalu diludahkan tentu tidak mengapa (boleh). Namun jika khawatir atau sengaja mencicipi sampai masuk perut dan dapat diraskan kenikmatan (apalagi sampai kenyang) tentu akan berakibat batalnya puasa sehingga harus mengqada puasa tersebut.
Golongan Malikiyah berpendapat perempuan yang mencicipi makanan saat puasa boleh. Namun bila masuk ke perut walau tidak disengaja wajib mengqada puasanya (puasanya batal).
Golongan Hanabillah berpendapat makruh bagi yang berpuasa mencicipi makanan jika tidak diperlukan.
Pendapat golongan Hanafiyah adalah mencicipi makanan hukumnya makruh kecuali bagi juru masak (untuk hidangan orang lain) atau untuk kepentingan profesional.
Sesungguhnya Allah sangat memberikan kemudahan dan tidak memberikan kesulitan sebagaimana firmannya dalam surah Al-Baqarah ayat 185, "... yuriidullahu bikumul yusra walaa yuriid bikumul `usra..." Artinya, Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu.
Diperbolehkan bagi orang yang puasa, baik lelaki maupun wanita, untuk mencicipi makanan jika ada kebutuhan. Bentuknya bisa dengan meletakkan makanan di ujung lidahnya, dirasakan, kemudian dikeluarkan, dan tidak ditelan sedikit pun. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah perkataan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu,
لَا بَأسَ أَن يَذُوق الخَلَّ أو الشَيءَ مَا لَـم يَدخُل حَلقَه وهو صائم. رواه البخاري معلقا
“Tidak mengapa mencicipi cuka atau makanan lainnya selama tidak masuk ke kerongkongan.” (H.r. Bukhari secara mu’allaq)
Jika orang yang puasa menelan makanan yang dicicipi karena tidak sengaja maka dia tidak wajib qadha, dan dia lanjutkan puasanya. Ini berdasarkan keumuman dalil yang menunjukkan dimaafkannya orang yang lupa dalam pelaksanaan syariat. Di samping itu terdapat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
من نسي وهو صائم ، فأكل أو شرب فليتم صومه ، فإنما أطعمه الله وسقاه “. متفق عليه
Siapa saja yang lupa ketika puasa kemudian makan atau minum maka hendaknya dia sempurnakan puasanya, karena Allah telah memberinya makan atau minum.” (H.r. Bukhari dan Muslim) 

Sumberislamqa dot com


cewek gokil suka makan upil enak tenan hukum mencicipi makanan saat berpuasa

berawan com cewek gokil suka makan upil enak tenan hukum mencicipi makanan saat berpuasa

0 komentar:

Post a Comment