Dear God sometimes its hard for me to understand wht you really want to happen but i trust you i know you will give me what is the best
Kasih Sayang dan Kerinduan
Hanya kali ini, izinkan aku bicara tentang kasih sayang dan rindu
"Aku dapat memilah-milah warna udara saat kau disampingku. Daun-daun seakan tak ditanggalkan. Dan di kedalaman diam aku melihat hening dijatuhkan. teramat lamat, seperti hujan disenyapkan, tapi bukan. Itu bisik cinta yang terperam" - Puisi Bel amour karya Gunawan Tri Atmojo.
"Kita sering bertengkar tentang suara dan warna. Padahal rindu itu tuli dan cinta itu buta" - Gunawan Tri Atmojo.
Sajak-sajak indah puisi dapat ribuan aku temukan, teori-teori dapat dengan mudah aku baca, puluhan lagu tentang kasih sayang dengan mudah aku cari dalam paylistku. Tapi itu semua berakhir klise. Aku tidak semudah itu membiarkan oranglain membaca hatiku.
Dalam diam, terselip rindu-rindu yang sengaja dikurung hingga datangnya waktu yang tepat. Kini, izinkan kita bergelut dalam nuansa melawan lelah. Anggaplah Belanda belum pergi, perjuangan untuk merdeka belumlah selesai. Hanya beberapa tahun tersisa sebelum status mahasiswaku harus saya gadaikan dengan slendang dan plakat dibelakang nama.
Capai apa yang harus kita capai, terjang apa yang harus kita terjang, perjuangkan apa yang harus kita perjuangkan, batalkan apa yang memang harus kita batalkan dan tunda apa yang memang harus kita tunda. Termasuk dalam hal cinta.
Menunda. Bukan membatalkan. Meski rasa rindu dan khawatir akan selalu saja memebersamai langkah ini. Aku manusia biasa yang bisa saja jatuh cinta yang mengakibatkan perasaan rindu dan selalu saja cemburu jika ada perempuan cantik yang kau sebut namanya. Itu normal. Entah kapan ini berawal, dua tahun yang lalukan? Satu tahun yang lalukah? Atau baru saja minggu kemarin? Saya bahkan tidak bisa menjawabnya.
“Kamu ingin tahu bagaimana rasanya seketika lupa cara bicara? Jadilah aku, lalu temui dirimu. Esok, lusa, atau kapanpun kamu bersedia. Maka kamu akan merasakan getar-getar itu: gempa bumi pribadi yang membuat jiwamu seolah luluh tanpa daya.” – Prosa dari Azhar Nurul Ala dalam bukunya Ja(t)uh
Benar apa yang dikatakan mas Azhar (wakil ketua BEM UI 2012) kita bisa berdiskusi panjang kali lebar kali tinggi dengan banyak orang, dengan isu-isu itu. Mahir, berwawasan, dan cerdas. Tapi, selalu saja terdiam ketika berbicara dengan orang tertentu. Orang yang bisa menjadikan kita lupa caranya bicara.
Jangankan perkataan, tatapan saja tidak bisa dengan lama bertahan menatap. Selalu saja ada perasaan malu dan menjaga diri. Takut diri jatuh pada kebahagiaan yang berlebih hingga lupa caranya bagaimana meneruskan langkah jika tatapan itu tidak lagi menatapmu. Lupa bagaimana meneruskan dan mencapai prestasi yang sebelumnya menjadi tujuan.
Selayaknya perempuan yang telah menitipkan sebagian kebahagiannya pada seorang lelaki. Perasaan marah ketika dia dekat perempuan lain itu wajar, orang mengatakan itu lucu. Ingin hati mengatakan itu hanyalah bualan yang segera menguap. Tapi ini perempuan yang punya hati. Bukan hati yang memiliki perempuan.
Senyuman itu, bisa merubah hari yang hujan serasa hangat. Selalu saja senyum itu yang meluluhkan kerasnya diri. Pengobat rasa rindu yang tak terkatakan. Tidak perlu seharian, cukup satu senyuman dan lelah ini akan terlupakan.
Selalu saja begitu… Diri ini menunda hingga semua siap dan pantas. Tapi selalu saja ada perasaan takut lirikan mata itu tidak lagi tertuju padaku, senyuman itu tidak lagi ditujukan padaku, sajak-sajak dan lagu-lagu itu bukan dimaksudkan untukku. Selalu saja seperti itu…
Dalam diamku aku melihatmu terus berjuang. Dalam kesendirianku aku menuliskan puluhan harapan akan keberhasilanmu. Dalam do’aku terucap namamu berserta masa depanmu.
Bukankah kasih sayang tumbuh dari cinta. Itulah sebabnya kasih sayang adalah karunia Allah yang mulia. Hanya saja masih ada pihak-pihak yang menyebut sesuatu dengan cinta padahal itu bukan.
Aku tidak bisa mendefinisikan apa ini, hanya saja perasaan ini mirip seperti yang aku rasakan ketika aku SMA dulu, kata orang ini namanya kasih sayang. Jika memang iya apa yang dikatakan orang itu benar. Maka kali ini aku tidak akan mengambil langkah yang sama seperti ketika aku SMA atau SMP dulu. Yang ini biarkan aku dan Allah yang mengurusnya.
Tulang rusuk tidak akan tertukar. Dimasa depan entah kamu, orang yang namanya kusebut dalam do’aku yang menemani hidupku ataukah orang yang menyebutkan namaku dalam do’anya yang menang. Biarkan rasa ini berbeda, landaskan ini pada Allah. Karena cinta mulia akan berakhir bahagia.
0 komentar:
Post a Comment