Wednesday, May 7, 2014

lumpuhkan ingatan ku hapuskan tentang dia



Malam gelap. Sekelam hatinya saat ini. Hanya memandang langit dalam hening di atas loteng. Lagi-lagi terlintas di pikirannya. Hanya satu keinginannya. Keluar dari keterpurukan ini.

Masa lalu…

Ya masa lalu yang selalu menghantuinya. Masa lalu yang pada awalnya adalah masa-masa indah baginya berubah 180 derajat menjadi masa kelam. Semua itu berawal ketika mereka sama-sama duduk di bangku SMA. Masa-masa yang sangat indah bagi muda-mudi yang sedang mencari jati diri. Pertemuan yang singkat namun membekas dan berlanjut menjadi sebuah kisah baru dalam kehidupannya.

Mawar, gadis cantik yang popular di sekolahnya, tak sengaja bertemu dengan seniornya yang pada saat itu mendapat PMDK di Institut Teknologi ternama di Bandung. Mawar yang sejak kecil bercita-cita menjadi seorang engineer pun merasa tertarik untuk kenal lebih lanjut dengan seniornya, Jono, hanya untuk mencari informasi tentang kampus bergengsi tersebut.

Mawar pun menyerang Jono dengan berbagai pertanyaan tentang kampus tersebut. Makin lama, intensitas hubungan mereka makin dekat. Tanpa Mawar sangka, Jono menaruh perasaan yang berbeda kepada Mawar. Entah apa itu namanya, tetapi ia mengakunya “sayang” dengan Mawar. Sedangkan Mawar hanya menganggap Jono sebatas kakak, gak lebih.

Mawar yang polos menganggap itu hal yang biasa saja dan tidak akan berpengaruh besar pada dirinya, toh gue ga suka, batin Mawar. Berbeda dengan Jono. Jono makin menaruh perhatian dan rasa sayang itu pada Mawar. Hingga pada suatu saat, Jono menyatakan perasaannya melalui jaringan telekomunikasi via telepon antara Bandung dan Jakarta.

Mawar terdiam. Ia tak tahu harus seperti apa. Di satu sisi dia tidak memiliki perasaan special, namun di sisi lain dia merasa tidak enak terhadap Jono atas segala kebaikan Jono selama ini. Jadilah Mawar berkata “ya udah kak, kita jalanin aja semua ini. Kakak itu orang baik. Baik banget. Mawar seneng punya kakak kayak kak Jono”. Entah ada kesalahan penafsiran atau memang Mawar yang salah menjawab, kak Jono menganggap bahwa Mawar menerima cintanya atau yang biasa disebut jadian. Mawar pun merasa terganggu dengan sikap Jono yang over protectif. Namun, lagi-lagi Mawar hanya menganggap Jono adalah orang yang baik dan menganggapnya sebagai adek, tidak lebih

Waktu terus berjalan dan akhirnya Mawar bisa menngapai impiannya dan menjadi mahasiswi di Institut tesebut. Selama di Bandung, mereka sering berinteraksi. Dan pada suatu malam, Jono menanyakan keseriusan hubungan mereka. Mawar pun merasa kaget. Selama ini dia tidak merasa memiliki hubungan special dengan Jono. Jono meminta Mawar untuk serius “berpacaran” dengannya. Meskipun Mawar bukan perempuan berjilbab, namun ia memiliki keyakinan yang sangat kuat bahwa pacaran adalah perbuatan dosa, perbuatan yang mendekati zina. Mawar pun menolak Jono.

Hari berganti hari. Waktu pun terus bergulir. Jono tetap bersikeras agar mereka bisa menjadi sepasang kekasih dengan status berpacaran. Dan Mawar selalu menolak permintaan tersebut. Hingga hidayah itu pun datang pada Mawar. Mawar memutuskan untuk memakai jilbab, berhijab syar’I seperti kebanyakan teman-teman perempuannya di kampus. Jono kaget melihat perubahan tersebut. Namun, Jono sangat senang ketika Mawar memilih untuk memakai jilbab. Dan akhirnya pertanyaan itu pun kembali terucap dari Jono.

“Mawar… aku serius banget nih sama kamu. Aku pengen kita pacaran terus abis aku lulus dan aku dapet kerja, aku janji bakalan nikahin kamu.”

“hah? Aku gak mau kalo kita pacaran. Pacaran itu dosa, mendekati zina. Orangtuamu pasti tau kak. Kan orangtuamu suka ceramah di masjid.”

“oke kalo gitu kita nikah sirih aja yuk. Aku serius sama kamu, Maw. Aku sayang banget sama kamu dan pengen punya anak dari kamu.”

“haaah? Apa-apaan sih.. lebay banget sih kamu kak. Aku masih pengen sekolah dulu. Aku gak mau nikah sirih. Apaan sih. Ah aku gak mau kak.”

“loh kata kamu kita nikah aja, ya ayok aku mau nikahin kamu.”

“kenapa sih kamu pengen banget nikah sama aku kak? Aku ga mau nikah sirih, kalo mau ya langsung nikah dan biayain aku. Kamu gak bisa kan kak? Ah aku gam au pokoknya.”

“ya karena aku sayang banget sama kamu Maw. Orangtuaku pasti gak setuju kalo aku nikah pas masih kuliah, makanya kita nikah sirih dulu. Beneran deh aku serius, nanti abis lulus dan dapet kerja aku bakal langsung nikahin kamu. Kamu ga usah takut. Dosa yang kita lakuin pas pacaran nanti langsung terbayar pas kita udah nikah.”

“ih apaan sih ngomongnya. Dosa terbayar? Apa-apaan… pokoknya ga mau! Kamu liqo dulu kak, belajar agama dulu, perbaiki diri dulu. Kalo udah siap, baru lamar aku! Jodoh gak kemana kok. Gak usah takut!”

Mawar pun menutup telepon sambil menangis dan jengkel. Ia tak mengerti apa yang saat ini ia rasakan. Antara sedih, kesel, kasihan, semua bercampur aduk menjadi satu. Entah apa maksud dari semua skenario Allah yang bagian ini.

Sejak saat itu Mawar mulai menjauh dari Jono. Namun Jono tetap intens menghubungi Mawar. Dan lagi-lagi Jono meminta dan menanyakan hal serupa kepada Mawar. Akhirnya pada puncak titik jenuh, Mawar pun mengatakan hal yang sakral dan menyeramkan.

“udah deh kak. Kamu gak usah maksa-maksa dan memohon gitu. Jodoh gak kemana. Kalo masih maksa, aku ga bakal mau kenal kamu lagi kak. Kamu juga ga akan diterima di keluargaku kalo kamu gak liqo.”

Mawar langsung mengakhiri percakapan tersebut dan langsung menghapus kontak dan semua kenangan sms tentang Jono. Mawar terpaku. Ia pun menangis tergugu. Ia tak pernah menginginkan semua ini terjadi. Orang yang paling dekat dan paling dipercaya menjadi musuh dan orang yang paling jauh dari dirinya. Ia tak tahu harus bersikap seperti apa kelak ketika ia bertemu di kampus.

Semenjak saat itu, hubungan mereka bagai sambaran petir yang membelah bumi menjadi dua. Mereka sudahtidak pernah saling menghubungi satu sama lain. Hingga pada suatu saat Mawar mendapati kabar bahwa Jono telah memiliki seorang kekasih yang seangkatan bahkan sejurusan dengan Jono. Mawar sedikit shock dan keluar rasa keponya. Dan ketika ia membuka facebook Jono, tiba-tiba Mawar mual dan ingin muntah. Semakin ia kepo, semaki ingin muntah. Entah apa yang terjadi pada diri Mawar. Ia pun heran terhadap reaksi dalam tubuh yang terjadi pada dirinya. Hal itu tidak hanya sekali terjadi. Pernah ia coba melakukan hal yang sama dan lagi-lagi ia mual-mual dan hampir muntah. Entah ini perasaan benci atau apa, yang pasti Mawar makin menyadari bahwa ia seperti jijik melihat Jono. Semua gombalan mulut buaya yang pernah terlontar dari Jono terbayang dan membuat ia ingin muntah lagi. Apakah rasa benci ini salah? Mawar rasa tidak. Dan Mawar pun berkesimpulan bahwa lelaki yang ingin mengajak pacaran, berarti ia memiliki maksud-maksud tertentu yang merugikan si pihak wanita. Entah itu pegangan tangan atau boncengan, jelas itu sudah merugikan si wanita.

Apakah semua ini rasa benci? Kebencian yang begitu mendalam dan tak tertahankan? Hah… Mawar sangat bimbang. Ingin rasanya ia block semua akun pertemanan dia di dunia maya dengan si Jono. Namun, apakah itu mampu menghilangkan dan melupakan kenangan masa kelam Mawar?

Masa lalu.. lagi-lagi masa lalu. Ada sebuah pepatah..

“ketika kamu berusaha melupakan masa lalu, maka kamu akan semakin ingat masa lalumu itu. Masa lalu bukanlah penentu masa depanmu. Kamu masih punya masa depan yang indah, jangan sampai masa lalu membuatmu terjebak dalam mengarungi indahnya masa depan. Masa depan, gunakan dengan hal-hal yang positif. Masa lalu jadikan sebagai pelajaran. Masa depanmu masih suci. Jadikan kesucian masa depanmu untuk menutupi kekelaman masa lalu. Masa depanmu indah kawan.. Insya Allah”

berawan com lumpuhkan ingatan ku hapuskan tentang dia

0 komentar:

Post a Comment