Thursday, May 1, 2014

terkadang diam adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata


Ketika diam lebih banyak bercerita dari pada bersuara

Aku akan memilih diam

Berdiam, tenggelam dalam diam

Mendiamkan diri, menangis dalam diam

Menatapmu dalam diam

Dan mencarimu juga. Dalam diam.

Kuhitung jejak-jejak kakiku yang menempel di pasir

Entah berapa ribu jejak sudah kutapakkan

Ketika tujuanku adalah kamu

Tidak ada sedikitpun kurasakan lelah itu

Mesti keringat sudah membasahi tubuhku

Aku berhenti sejenak

Aku bertanya kepada Tuhan

Kemana ciptaanNya yang dari tulang rusuknya terlahir aku?

Atau mungkin takdir belum mempertemukan kami?

Lantas, kapan?

Kulihat awan berhenti dari geraknya, pertanda tidak adanya jawaban dari Sang Pencipta.

Kulanjutkan perjalananku.

Sayang, jika aku diam-diam mencarimu

Lalu mengapa engkau pergi dalam diam juga?

Dua kediam-diaman tidak akan bisa dipertemukan

Apa kau diam-diam tidak ingin kutemukan?

Lalu mana janji yang kau ucap tentang cinta, mimpi, dan takdir?

Jangan kau biarkan kuanggap palsu semua janji-janjimu, Sayang.

Sudah berapa lama aku tenggelam dalam harapan-harapan yang kau beri

Itu lebih buruk daripada mengangkut ribuan papan lalu mendaki hingga sang mentari terbenam

Jangan, Sayang. Jangan

Jangan kau biarkan sang hawa meneteskan mutiara dari matanya

Jangan kau biarkan sang hawa mencarimu sendirian

Ia bisa kehilangan jejak, ia bisa tersesat

Ia tidak sekuat seorang perwira

Tidak, Sayang

Aku yakin, kau tidak setega itu

Kembalilah, kekasih yang pernah kupuja.

Kita hidupkan api yang sudah padam itu lagi

Kita cerahkan dunia yang sudah gelap itu

Kita isi hari-hari yang pernah kosong

Kita balut luka lama yang pernah ada

Dan sirami tanah yang sempat kering

Percayalah, Sayang

Kuyakin dunia tidak sejahat itu memisahkan kedua insan dari kebahagiaannya.


Yang menyayangimu,

berawan com terkadang diam adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata

0 komentar:

Post a Comment