Monday, May 5, 2014

kalo kamu sayang pajang foto aku tulis namaku di statusmu berani gak



Cemburu
Pertama dalam hidupku. 

Merasakan rasanya cemburu. 

Ini yang benar-benar dinamakan cemburu. Saat aku melihat lelakiku mengobrol di jejaring sosial setelah dia bilang kepadaku ingin segera tidur, saat lelakiku lebih banyak mengobrol dengan teman wanitanya dibanding denganku. Wanitanya. 

Sepele memang. Tapi rasanya sakit. Egoku memuncak hingga akhirnya selama seharian aku tidak menegurnya. 

Saat itu di kelas. Aku berdiri di balik papan tulis tambahan. Menulis-nulis tentang semua perasaanku, kemudian menghapusnya. Terjadi berkali-kali. Namun tiba-tiba kamu datang. Aku tidak mengijinkan kamu melihatnya. Aku tutupi tulisanku dengan punggungku. Beberapa kali kamu memaksanya. Langsung saja aku menghapusnya. Terlihat raut wajahmu yang kecewa. Lalu kau menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. 

"Gapapa.." 

Benci sebenarnya. Kenapa yang keluar hanyalah kalimat itu. Ingin rasanya aku mencubit lengannya, dan berkata kalau “aku cemburu tau!” hingga lepas semua keganjilan di dalam hatiku. 

Kau memaksa. Dan terus memaksa. 

"Aku cemburu. Aku kesal. Liat kamu ngobrol sama wanita lain di socmed. Bahkan setelah kamu bilang ke aku kalau kamu mau tidur." 

Kataku kemudian. Kamu mematung. 

Beberapa kali mengucapkan kata maaf dan aku hanya bisa diam. 

"Iyaudah gapapa. Nggak usah dibahas lagi ya."

—-

Kamu hanya berteman dengannya. Walaupun aku tahu kamu pernah menyimpan rasa suka dengannya. Aku tak masalah, toh kamu sekarang milikku. Aku yakin dengan perasaan kamu kepadaku. 

Pernah juga saat itu, kamu memanggilnya “Mama”, mungkin karena nama belakangnya yang berakhiran “ma”, atau mungkin karena kamu hanya iseng memanggilnya seperti itu. Aku, awalnya tak masalah.

Namun, lagi lagi cemburu. 

Saat kamu sedang memainkan sebuah permainan dengannya dan aku kamu abaikan. 

Saat aku menghampirimu di dan kamu hanya sibuk dengan permainan mu dengannya. 

Saat aku juga ingin ikutan dengan permainanmu dan kamu melarangnya. 

Saat aku akhirnya mendiamkanmu. Membuat semuanya menjadi seperti biasa-biasa saja. 

Sampai akhirnya kamu dengannya asik mengobrol di grup kelas. 

Kamu terlalu senang memanggilnya dengan panggilan Mama. 

Terlebih ketika semua teman-teman yang saat itu juga sedang mengobrol di grup kelas lebih merasakan apa yang aku rasa. 

Dan aku hanya bisa diam. 

Di personal chatting denganmu, aku hanya bisa menyindirmu. 

Tapi kau tidak meyadarinya. Betapa aku sangat cemburu melihat keakrabanmu. 

Hingga esoknya di sekolah, aku cuma bisa diam. Mengelak ketika kamu menanyakan kenapa dengan diriku. 

Sampai kau menarik lenganku dengan keras, bertanya ada apa denganku.

Hei.. biarkan aku berdiam diri sejenak. Untuk membiasakan dengan keadaan ini. Supaya egoku tidak memuncak, supaya aku bisa berdamai dengan ratusan prajurit bersenjata tajam yang menusuki hatiku sedari tadi. 

"Kenapa sih?"

tanyaku. dan berusaha melepaskan genggaman tanganmu.Kemudian kembali duduk di tempatku dan kemudian berdiam diri. 

Sepulang sekolah, aku tidak langsung pulang. Aku dan Tono temanku memang sering enghabiskan waktu di hari Jumat untuk menikmati dinginnya AC kelas dan wifi sekolah yang rada lemot. 

Sementara kamu belum pulang karena masih main dengan teman-temanmu. Aku tau kamu sedari tadi memperhatikan aku bolak balik masuk kelas, duduk, dan sekarang aku menyembunyikan diri di balik papan tulis tambahan. Ada yang kusenangi dari balik papan tulis ini. Aku bisa menggambar, menulis semua jeritan hati tanpa ada yang tau karena papan tulis ini mempunyai dua sisi dan yang satunya menghadap ke tembok.

Tiba tiba saja kamu menghampiri aku dari sudut yang terdekat. Aku menjauh beberapa langkah. Lalu kamu menghampiri aku dari sudut yang berbeda. Aku kembali menjauh sampai akhirnya aku terduduk. Capai dengan permainanku sendiri. Aku duduk, dan yang ku lihat hanyalah kaki kakimu. Kamu pun ikut duduk. Sehingga kita saling duduk berhadap-hadapan. Namun kamu harus menunduk sedikit karena papan tulis yang menghadang. 

"Mawar kamu kenapa?"

HAUM, Ternyata kamu belum menyadarinya. 

"Gapapa Jon."

"Aku tau kamu pasti marah yaa.."

"Enggak kok.."

"Aku tau kok Warr.. Tadi aku dikasih tau Reino tentang tweet kamu.."

Hmm.. yaa.. aku memang nge tweet tentang beberapa kecemburuanku padanya. Ya itu salah satu cara untuk melampiaskan kekesalanku. 

"Maaf ya.."

"Gapapa Jon.."

"Jangan bilang gapapa.. Ngomonglah.. atau kamu tulis aja nanti aku baca.."

Aku terdiam. 

Lalu aku mengambil handphoneku dan kemudian mengetik beberapa kata. 

Kesimpulannya, “AKU NGGAK SUKA PANGGILAN KAMU KE DIA.”

Aku lihat dia membacanya dengan serius. Lalu dia memandangku. 

"Iya aku janji nggak manggil dia dengan sebutan itu lagi."

"Janji?" kataku. 

"Iya.."

"Janji kelingking?" kataku. Sambil menyodorkan kelingkingku. Kamu pun membalasnya. 

Maaf ya Jon aku cemburuan banget.. 

berawan com kalo kamu sayang pajang foto aku tulis namaku di statusmu berani gak

1 komentar: