Friday, May 9, 2014

selamat anda berhasil membuat saya badmood


Pagi itu saya terburu-buru berangkat, dan karena ada kecelakaan, jalanan macet. Bisa diduga akibatnya, sampai kantor terlambat. Duhh, pasti kena marah lagi oleh bos. Maklum rumah dinas bos di tengah kota, dan jalannya melawan arus, sehingga nyaris tak terkena macet. Dan kalaupun saya mengeluh macet, pasti beliau mengatakan kenapa tak datang lebih pagi, karena setiap hari jalan Sudirman-Thamrin sudah bisa dipastikan akan selalu macet. Benar-benar sial.

Benar juga, tak lama saya duduk, sekretaris memberitahu bahwa tadi bos menilpon dua kali. Saya segera ke kamar kecil, membasuh muka, merapihkan riasan dan terburu-buru naik lift ke lantai atas. Di depan ruangan, sekretaris bos menunjukkan wajah kawatir, pasti bos lagi marah besar. Bos saya ini kalau marah bukannya suaranya menggelegar, namun makin halus cuma pandangan matanya begitu menusuk. Sulitnya, kadar telinga saya kurang beres, karena saya sering jadi salah memahami beliau, hanya gara-gara tak tahu beliau sudah marah, saya tetap saja terus mendebat. Yahh, dalam suasana hati baik, bos adalah orang yang sebenarnya paling memahami saya, hal ini pernah diungkapkan oleh beliau secara tak langsung saat ada kesempatan mengobrol. Dan selama menjadi anak buah langsung, bos selalu menanyakan dulu jika saya akan mendapat penugasan, karena beliau tahu bahwa saya akan bekerja baik, jika diberi tahu sebelumnya untuk mengatur kelancaran rumah tangga selama ditinggal tugas.

Kali ini sepertinya kemarahan bos tak main-main. Belum sempat pantat saya menempel dengan benar di kursi, beliau sudah melihat saya dengan matanya yang bikin ciut itu, dan mulai memberi instruksi. Saya tak berkata apa-apa, hanya mengangguk dan berjanji akan segera menyelesaikan instruksi nya. Di depan ruangan, saya bertanya pada sekretaris beliau..”Memang beliau marah kenapa sih?” Jawab sekretaris, “Ahh kan biasanya mbak yang paling bisa memahami beliau.” Saya agak melongo mendengar jawaban sekretaris. “Paling bisa, apa maksudmu?” tanya saya. “ Saya melihat, mbak masih tenang aja menghadapi beliau marah, padahal yang lain pasti sudah ketakutan,” kata sekretaris. Saya termangu-mangu dan segera kembali ke ruangan untuk menyelesaikan tugas.

Rapat siang itu baru selesai menjelang makan siang, yang akan diteruskan rapat tahap kedua. Kali ini tugas yang disampaikan oleh bos tadi pagi sudah siap, dan mudah-mudah an cukup memuaskan, maklum mendadak sekali. Saya pesan pada rekan-rekan yang lain, agar tetap meneruskan meng update data, dan menyerahkan ke sekretaris bos, agar bisa diteruskan ke ruang rapat. Sudah menjadi kebiasaan, jika sekretaris merupakan penghubung untuk menyelundupkan tambahan data yang akan dibicarakan di rapat sampai detik terakhir. Saya melihat wajah bos, terlihat tak sekelam tadi, namun terlihat lelah. Rapat tahap dua baru selesai menjelang sholat Asar, dan beliau mengintruksikan saya menghadap lagi. “Aduhh…ada apa ini,” pikir saya.

Ternyata beliau baik-baik saja, dan kami mengobrol sampai lama. Segera setelah itu saya kembali ke ruangan untuk melanjutkan pekerjaan, mengoreksi surat dan laporan yang harus ditanda tangani. Sampai beliau menyelesaikan tugas memimpin perusahaan, saya tak terlalu memahami karakter bos yang pendiam ini. Mungkin saya yang kurang peka, dan mungkin juga saya lebih cocok bekerja dengan bos yang terbuka, yang blak-blakan. Tapi saya menghormati bos yang pendiam ini, karena gaya memimpin beliau membuat saya sungkan, dan mendorongku untuk berbuat yang terbaik.

Semakin lama berkecimpung di dunia kerja, saya semakin paham, cara seseorang memperhatikan bawahan melalui berbagai cara. Ada yang memang terlihat sangat perhatian, namun ada juga yang kelihatannya “cuek” tapi sebetulnya sangat memperhatikan dibelakangnya. Dan suatu ketika saya ketemu senior, yang mengatakan, kalau kita sering dipanggil dan dimarahi jangan putus asa dulu, karena kadang itu merupakan cara bos memperhatikan kita. Wahh susah juga ya….

berawan com selamat anda berhasil membuat saya badmood

0 komentar:

Post a Comment