Wednesday, November 26, 2014


Melepas Cinta Pertama


Kau pernah jatuh cinta? Seperti apa rasanya? Berbahagia, berbunga-bunga, senang atau malah sedih? Kupikir kau akan menjadi makhluk yang paling berbeda di dunia. Tapi cinta pertama tak selamanya harus berakhir indah. Kadang ia berakhir dengan kesedihan atau sendirian. Karena bila ia benar ia cinta, ia takkan berakhir.

Akupun pernah merasakan jatuh cinta. Walaupun itu bukan cinta pertamaku. Namun akan kuanggap ia seperti itu. Karena saat itu ia yang bisa membuatku suka tanpa harus mengenalnya terlebih dahulu. Cinta pertamaku adalah seorang mahasiswa teknik di PTN di kotaku. Iwaktu itu aku masih duduk di SMA kelas tiga. Di saat murid kelas tiga lain sibuk dengan UN dan SNMPTN, aku hanya sibuk dengan perasaanku. Temanku tak ada yang menyadari aku sedang jatuh cinta. Dia, kusebut dia “lelaki senyum” karena dia suka sekali (hanya) tersenyum. .awal pertemanan kami saat kami berteman di FB. Media sosial yang satu ini memang sanat mempengaruhi kehidupan nyata seseorang. Awalnya ku hanya suka dengan beranda dan status-statusnya, tapi entah kenapa aku jadi menyukainya. Walaupun kami berteman di dunia maya tapi kami tak pernah saling sapa. Aku hanya tahu ia dekat dengan salah satu kakak kelasku di SMA yang sudah kuliah satu fakultas dengannya.

Seniorku sering bilang kalau ia titip salam padaku. Ia bilang tulisanku bagus dan aku berbakat menjadi penulis. Siapa yang tak senang dipuji seperti itu? Walaupun kakak angkatanku tak menyebutkan namanya namun dari cirri-ciri yang diberikannya aku tahu itu dia. Saat itu teman FB masih sedikit dan tak banyak lelaki.

Aku tak tahu banyak tentangnya. Walaupun setiap kali ia muncul di beranda FB, setiap kali ia menyukai statusku yang berbau puisi dan sekedar komentar di status kakak seniorku. Aku merasa senang. Apalagi tampilan zzzzzzzzzzzzfb saat itu tidak serumit sekarang. Aku tak berani menyapanya ketika dia online, aku hanya menikmati membaca namanya yang unik. Aku rasa aku harus tahu diri bila menyukai seseorang secara diam-diam. Apalagi umurku masih muda untuk hal yang lebih serius.

Akupun lulus SMA dan melanjutkan kuliah. Dari beberapa PTN yang menerimaku akhirnya aku memilih PTN yang ada di kotaku, dan selama beberapa bulan aku lupa tentangnya. Aku sibuk sebagai mahasiswa baru . namun disaat aku mengikuti pengkaderan mahasiswa baru di salah satu organisasi kampus, ternyata dia juga ada di sana. Jantungku berdegub cepat ketika membaca namanya diantara nama pengurus, dan ternyata dia juga ada di acara itu. Ketika panitia memanggil namanya dan dia berdiri dari tempat duduknya. Aku jadi salah tigkah sendiri. Jantungku makin cepat dan tak berani melihatnya. Akhirnya aku menunduk. Padahal dia juga tak tahu. Hhaaaaa…

6 tahun, ia telah ada di salah satu bilik dalam hati. terkunci, hanya akudan Tuhan yang tahu. Kami hampir berteman di semua sosial media. Dia sellau meng-add namaku tapi aku dan dia jarang sekali menyapa. Ia memang tipe yang suka berteman dengan banyak orang di dunia maya. Lain denganku yang lebih protektif memilih teman dunia maya.

6 tahun sudah, sampai satu waktu ia memintyaku untuk membelikannya beberapa buku di kota saat aku sedang berada di sana. Perasaan aneh itu datang lagi, setiap kali kami berkomunikasi jantungku serasa ingin lari dari rongga tubuh. Tapi aku tetap berusaha sebisa mungkin untuk biasa. Di setiapkesempatan aku dan dia ada di satu acara, aku hanya berani memandangnya sekilas. Lalu merapal doa agar ia dalam keadaan yang baik saat itu. Aku sudah puas tak mengenalnya lebih jauh, mencari informasi tentangnya dan iapun tak mengenalku lebih jauh.

Bukan tak mudah menjaga perasaan semacam ini. Kekanak-kanakan. Terkadang tergoyah dengan laki-laki yang lebih sering berkomunikasi dan lebih kukenal dari dia. Tapi entah kenapa hanya namanya yang mengakar di hati.

Lalu aku putuskan melepaskan semuanya. Memberi tahunya dan mengatakan semua ini padanya. Konyol dan bodoh mungkin. Bukan aku tak tahan, tapi kurasa cinta itu berhak untuk bebas. Terkunci selama 6 tahun pasti membuatnya sesak dan bosan. Dengan lugu aku menulis surat padanya dan kurasa itu perbuatan terbodoh yang pernah dilakukan seorang wanita. Tapi aku merasa lega, sangat lega. Biarlah rasa itu melangit. Menuju-Nya, utuh, agar ia dikembalikan pada hati yang tepat. Dan entah kenapa sejak saat itu aku lebih berani untuk menyapanya di media sosial. Walaupun masih sebatas sapaan tak penting dan garing. Tapi itu caraku untuk terbiasa.

Mengapa aku melepasnya? Entahlah. Sekarang hanya tinggal menyiapkan mata, hati dan tangan ketika suatu saat ku dengar ia akan memulia babak baru hidupnya. Atau mungkin aku diundang olehnya. Pernikahan. Itu mungkin saat pertama kalinya aku mengeja namanya dengan perasaan dan keadaan yang berbeda. Semoga aku baik-baik saja.

Terima kasih, karena 6 tahun menjadi penghuni yang baik hati.

Di sudut kedai kopi, Menuju Desember yang ke 22.


sumber: unigirinoe tumblr dot com

berawan com cinta tidak harus berakhir bahagia karena cinta tidak harus berakhir




0 komentar:

Post a Comment