Thursday, April 24, 2014

ingin ku tulis namamu di batu bata ini dan kulempar ke kepala mu supaya kamu tahu sakitnya mencintaimu

Aku tak ingin menjanjikan senja untukmu. Sebab aku mengerti bagaimana rasanya menunggu. Dan aku terlanjur bermusuhan pada kata penantian. Sebab ia tidak pernah berdiri sendiri tanpa dibersamai dengan ketidakpastian. 

Aku memilih menjadi pagi. Terbangun dari mimpi dan mulai jalani hari. Hari yang kuisi dengan berlari dari puisi. Sebab cinta lewat kata hanyalah sebuah ilusi. Padamu aku tawarkan cinta yang akan hidup dalam ingatan. Padamu aku tunjukkan cinta dalam perbuatan. 

Dan siang adalah tentang sebuah keterangan. Maka padamu aku ungkapkan segala kegelisahan. Tentang pagi yang kujalani dengan elegi. Dan mentari yang selalu hangatkan dada ini. Kau adalah mentari yang berada pada pusat jantung hati. Semakin getar debar jantungku. Habis aku terbakar api. 

Begitulah aku memilih. Mencintaimu dari tahap yang paling mula. Agar kamu memahami bagaimana panas teduhnya cinta. Sebab cinta tidak melulu soal kita berdua yang tiba pada senja. Di lain itu, ada kita yang mesti terbangun di pagi hari. Menghadapi kenyataan bahwa hidup adalah tentang berjuang. Dan di lain waktu, ada pula siang yang mesti kita jalani. Tentang api yang bergejolak dalam hati. Ego dalam nurani. 

Senja hanyalah milik dua jiwa yang telah berhasil lewati teduh pagi dan teriknya siang. Senja adalah pertemuan yang datangkan rona. Senja adalah tempat kita untuk saling mengenang. Bicarakan kenangan yang telah kita ukir. Dan kini kita dapat tersenyum menang. 

Lalu malam? Adalah kita yang menikmati


berawan com ingin ku tulis namamu di batu bata ini dan kulempar ke kepala mu supaya kamu tahu sakitnya mencintaimu


0 komentar:

Post a Comment